Simulasi Validasi Rute Angkot Bandung
Posted by amtplskaart on 28 May 2025 in Indonesian (Bahasa Indonesia).Kota Bandung mengalami perubahan secara dinamis dalam beberapa dekade terakhir ini. Perubahan ini juga berdampak pada jalur transportasi umum di Bandung. Sebelumnya, Kota Bandung dilayani oleh sistem transportasi yang dikenal dengan nama Angkot alias Angkutan Kota. Sistem transportasi ini berdampingan dengan transportasi bus dalam kota yang dilayani oleh DAMRI.
Pengelolaan Angkot bersifat organik, tidak berada di bawah struktur pengelolaan kota. Pihak pemerintahan kota hanya bertindak sebagai regulator sementara Angkot yang beroperasi dikelola langsung oleh swasta (pemilik angkot) dan koperasi.
Dinamika yang berlangsung selama ini, ditandai dengan kemunculan sistem angkutan kota berupa bus (non-DAMRI) dengan pengelolaan yang lebih profesional menyebabkan beberapa perubahan pada pengoperasian angkot. Dari sekian jumlah rute yang ada sebelumnya, terjadi adaptasi di jalanan sehingga ada rute yang akhirnya tidak lagi beroperasi. Ada juga yang beroperasi hanya setengah rute, dan ada juga yang berubah jalurnya.
Dalam suatu kesempatan berdiskusi dengan FDTB (Forum Diskusi Transportasi Bandung), terungkap bahwa memang rute angkot Bandung saat ini sedang mengalami kegamangan. Akibatnya seperti yang kita temui seperti di atas.
Di OSM, rute angkot sudah terpetakan. Namun setelah diperiksa, ada beberapa yang menunjukkan inkonsistensi. Ada yang terputus, ada yang tidak melalui rute yang sesungguhnya, ada yang melawan arah jalan dan ada juga yang memiliki urutan member yang tidak berurutan.
Berangkat dari kondisi ini, Bandung Mapper yang dimotori oleh UPI YouthMapper bekerjasama dengan FDTB dan Kaart mencoba untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan data rute sesungguhnya sesuai keadaan di lapangan. Kami merencanakan untuk melakukan validasi rute Angkutan Kota Bandung dengan melibatkan komunitas yang ada, baik komunitas yang sudah terbiasa dengan OSM maupun masyarakat umum lainnya.
Tercatat ada sekitar 35 rute Angkot yang ada di Kota Bandung. Sehingga paling tidak, ada 70 arah jalur dari terminal ke terminal lainnya. Jumlah ini sangat besar untuk bisa ditangani oleh Bandung Mapper. Selain tenaga, tentu juga membutuhkan biaya meski tidak banyak.
Dengan rencana ini, yang ingin melibatkan komunitas secara luas di Bandung, kami harus memiliki sebuah metoda yang sesuai agar kontribusi dari komunitas bisa dilakukan dengan mudah dan menarik. Sepintas, validasi rute ini tampak sederhana, namun kami tidak tahu secara pasti bagaimana nanti usaha validasi ini bisa dilakukan. Oleh karena itu sebelum memulai validasi yang sesungguhnya, kami (YouthMappers UPI, FDTB dan Kaart) mencoba melakukan simulasi dengan tujuan: (1) Mencoba mendata issue-issue yang mungkin menjadi kendala saat validasi; (2) Mencoba mencari sebuah metode validasi yang mudah bagi orang awam; dan (3) Mencoba mensimulasikan pengolahan data dari simulasi validasi ini.

Simulasi kami lakukan pada tanggal 10 Mei yang lalu, melibatkan anggota-anggota YouthMappers UPI dan FDTB. Kami memilih satu sample trayek Angkot Bandung yaitu Angkot Ledeng-Kalapa (yang terdiri dari rute Ledeng-Kalapa dan rute Kalapa-Ledeng). Simulasi kami lakukan dengan cara mengikuti Angkot trayek Ledeng-Kalapa dan merekam jalurnya ke dalam file GPX. Ada beberapa motor yang kami gunakan dalam simulasi ini sehingga hasilnya nanti akan terdapat beberapa file GPX yang dapat kami bandingkan. Selama proses perekaman GPX, kami juga memeriksa tempat-tempat perhentian transportasi umum di Bandung. Ini meliputi bus stop, halte dan aneka bentuk platform yang bisa kita temui di perjalanan. Untuk merekam GPX, kami mensimulasikan penggunaan beberapa aplikasi: (1) Organic Maps; (2) OSM Tracker; (3) OSMAND dan (4) Locus Map. Sedangkan untuk pemeriksaan dan penambahan detail data fasilitas perhentian transportasi umum, kami menggunakan Street Complete.

Dari hasil simulasi kami menyimpulkan bahwa: (1) validasi dengan mengikuti jalur Angkot dari terminal awal ke terminal akhir adalah memungkinkan. Namun usaha ini cukup berat karena jarak yang cukup jauh, kondisi jalan yang melelahkan karena panas (atau mungkin juga hujan); (2) validasi data perhentian angkot atau bus juga memungkinkan, namun dirasakan agak berisiko karena kami harus sering berhenti mendadak untuk mengambil foto. (3) diperlukan metode lanjutan untuk mengumpulkan data dan melakukan penilaian terhadap data ini.
Sampai saat ini, tim kami masih berusaha berembuk untuk bisa menentukan metode yang mudah untuk memungkinkan kontribusi yang sebanyak-banyaknya dari komunitas yang ada di Kota Bandung ini.
Discussion