Berdampak dari Jauh: Kontribusi OSM sebagai Dampak dari Manusia, untuk Manusia
Posted by Yabes09 on 15 August 2025 in Indonesian (Bahasa Indonesia).Berdampak dari Jauh: Kontribusi OSM sebagai Dampak dari Manusia, untuk Manusia
Memori Bencana Intragenerasi: Kebimbangan dan Ketidakberdayaan diri untuk Berdampak
Masih jelas teringat di kepala saya banyak sekali bencana alam yang terjadi, yang saya tonton dengan jelas setidak-tidaknya sejak masa kecil di siaran televisi. Tsunami mentawai 2010, tsunami besar di Jepang 2011, fenomena megathrust Palu 2018, hingga banjir besar di Demak pada 2023 lalu yang saya baca dengan jelas di laman berita hingga sosial media pada saat itu. Sebagai negara kepulauan, sudah menjadi pengetahuan umum yang diserap bahwa Indonesia merupakan negara yang rentan mengalami banyak sekali bencana tektonis dan hidrometeorologis. Belakangan, banyak kalangan menyebut Indonesia sebagai negara "laboratorium kebencanaan" karena sering dan beragamnya bencana alam yang terjadi.
Tsunami Palu 2018. Sumber: Washington Post
Melihat rentetan bencana dan tragedi tersebut, selalu terbersit berbagai rasa yang kompleks dalam diri saya. Iba, sedih, simpati, hingga keinginan untuk berbuat sesuatu yang lebih untuk membantu meringankan dampak yang terjadi setiap kali rentetan bencana terus terjadi. Tsunami di Palu merupakan salah satu titik balik dan peristiwa yang paling menyesakkan dada pada waktu itu, saya jelas ingat waktu itu saya masih duduk di bangku SMA. Likuifaksi yang terjadi secara cepat, dengan ganas menelan ribuan bangunan dan ratusan (jika tidak, ribuan) manusia utuh-utuh secara cepat, diselingi hantaman ombak yang 'merampas' ratusan manusia lainnya ke laut. Begitu cepat dan kejam, hingga duka tidak sempat menyambar bagi para terdampak. Lekas peristiwa itu, rasanya alam tidak kenal ampun kepada seisi muka bumi, dengan menyusulnya Tsunami di Banten pada akhir tahun 2018. Ratusan hingga ribuan korban jiwa, gedung dan rumah yang rata dan terhanyut, hingga kepanikan melanda pada proses pra maupun pasca bencana, menguatkan rasa ketidakberdayaan kita sebagai manusia setiap kali bencana terjadi tanpa isyarat.
Saya selalu bertanya kepada diri saya, setidaknya dalam renungan-renungan kecil dan lamunan. Apa yang bisa gw lakuin?, disusul dengan pertanyaan kecil yang setidaknya mengganggu pada beberapa saat: gw bisa ngapain ya?. Pertanyaan-pertanyaan kecil, yang saya rasa pasti bukan cuma saya seorang yang mempertanyakan hal itu. Namun tidak semua orang mempunyai keberanian dan juga akses, untuk dapat terjun langsung menjadi relawan pada proses mitigasi pasca bencana. Diantara orang-orang tersebut, masuklah diri saya yang merasa tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak punya akses, waktu, keberanian, bahkan uang untuk membantu donasi kebutuhan tenda pasca-bencana. Saya merasa menjadi seorang pengecut, dan berandai dampak nyata yang bisa saya lakukan suatu saat nanti.
Pendidikan Kebencanaan, Waktunya untuk Berdampak?
Tibalah ketika beranjak remaja-dewasa, dimana bangku sekolah terganti menjadi bangku perkuliahan. Waktu dan takdir membawa saya masuk di jurusan Geografi UNJ, dimana prodi tersebut baru saja berumur satu tahun. Mungkin bukan kebetulan, namun tidak disangka bahwa materi kebencanaan menjadi salah satu fokus utama dengan beban SKS yang padat selama perkuliahan berlangsung. Saya tidak bisa lupa momen tersebut saking padatnya materi kebencanaan, hingga kami bosan karena sejak semester 3 hingga 5 selalu ada mata kuliah yang berfokus pada kebencanaan. Dasar-dasar kebencanaan, Analisis Kerawanan Bencana, Mitigasi, dan beberapa mata kuliah lain yang terus terang saya agak lupa untuk menyebutkannya satu per satu.
Mungkin padatnya mata kuliah bencana merupakan jawaban dari dilema yang bersisa, blessing in disguise jika saya tidak salah sebut. Padatnya mata kuliah bencana juga membuat kami semua terpaksa melakukan latihan dan riset secara mendalam terkait kebencanaan dari berbagai aspek. Kerawanan, sosial, kerentanan, hingga aspek-aspek mitigasi menjadi materi yang kami cerna demi menyelesaikan perjalanan perkuliahan yang masihlah panjang pada saat itu. Saya sendiri mengangkat analisis kerentanan Gempa Bumi di Cianjur pada tahun 2022, yang mempunyai estimasi korban lebih dari seribu jiwa pada siang hari. Bangunan runtuh dengan seketika tanpa ada peringatan dini apapun, ketika sekolah, rumah sakit, dan gedung perkantoran masih beraktivitas seperti biasanya pada hari weekday. Ribuan badan seketika tertimpa bangunan runtuh, yang diperparah dengan kerusakan jalan yang membuat tim evakuasi sulit untuk bertindak. Ratusan nyawa yang mungkin saja selamat, harus kehilangan nyawa karena banyak sekali kurangnya aspek dari sudut pandang kebencanaan: Infrastruktur, rencana tata ruang, hingga EWD ( Early Warning System ).
Kerusakan Bangunan akibat Gempa Bumi di Cianjur, 2022. Sumber: Indonesiaparlemen.com
Sudut pandang geografis yang mampu menentukan wilayah rentan dan rawan bencana, serta kemampuan riset yang didapatkan selama kegiatan perkuliahan, membuat saya mempunyai bekal yang cukup untuk menghasilkan simpulan analisis kebencanaan yang mendalam, khususnya pada konteks bencana di Cianjur. Bekal ini semakin menggugah semangat saya untuk masuk kedalam analisis kebencanaan secara mendalam, terutama dari aspek perencanaan ruang. Pada kasus di Cianjur, kesalahan fatal pada aturan pembangunan bangunan ( building code ) hingga perencanaan tata ruang yang tidak mempertimbangkan aspek bencana gempa bumi, merupakan hal yang tidak bisa dibantah, meskipun detailnya secara legal tidak akan saya sebutkan disini. Kurangnya regulasi building code dan perencanaan tata ruang yang keliru, secara tidak langsung memperburuk korban gempa bumi. Hal-hal tersebut dapat dicegah secara nyata, merupakan bagian dari fase "Preventif" dari keseluruhan alur pembangunan berbasis kebencanaan. Simpulan tersebut tentunya tidak akan bisa saya dapatkan tanpa bekal analisis mendalam hasil dari kegiatan perkuliahan saya.
Lalu mengapa berdampak? Mengapa hal ini menjadi signifikan? Jelas, karena identifikasi masalah merupakan tahapan awal dari proses menuju dampak nyata. Saya dan kawan-kawan, telah mencapai hal itu! Kami mampu mengidentifikasi masalah terkait kebencanaan, sehingga dapat menjadi bekal untuk tindakan preventif maupun mitigatif ketika bencana terjadi di masa depan. Pada waktu itu, meskipun kami sangat antusias untuk analisa dan identifikasi masalah, namun rasanya tetaplah kurang. Apa yang salah? Apa yang kurang? begitu pikir saya yang antusias, merasa perlu dan ingin untuk berdampak lebih. Sebagai contoh ketika gempa bumi menghancurkan infrastruktur jaringan jalan, bagaimana cara warga mendapatkan rute evakuasi tercepat dan terbaru? Dimana titik-titik evakuasinya? Bagaimana aksesibilitasnya? Hal itu semua, membutuhkan data terbaru yang harus disusun secepat mungkin untuk kemudian diserahkan dan disebarkan oleh relawan lapangan pada saat dan sesudah bencana terjadi.
Disinilah kekurangan utama dari analisis data sekunder lama, yang tidak dapat menutupi kebutuhan data terbaru saat bencana.
Kontribusi OSM: Reliabilitas dan Jawaban untuk 'Berdampak'
Kemudian di penghujung perkuliahan, tibalah waktu membawa saya bersama kawan-kawan lain untuk mendirikan YouthMappers chapter UNJ pada tahun 2024 lalu. Saya tidak akan membahas dalam tentang YouthMappers, namun dalam proses pembentukan hingga berlangsungnya kegiatan rutin kami juga bersama-sama mengeksplorasi dan belajar fitur OSM. Di titik inilah kami mendapatkan insight baru berupa kontribusi OSM. Kami betul-betul mendapatkan wawasan tambahan, dimana OSM menyediakan kanal dan infrastruktur yang sangat kuat untuk berkontribusi dalam memperbarui data spasial secara berkala. Kegiatan pertama kami pada kanal HOT-OSM Tasking Manager (Humanitarian Open Streetmap Team), dimana kami mengeksplorasi fitur kontribusi pada website dan kemudian melakukan kontribusi sebanyak-banyaknya menggunakan id editor. Sebagai pilihan project pertama, kami sepakat memilih project 16193 (sudah diarsipkan) di wilayah Demak. Bencana banjir besar yang terjadi di Demak tahun 2023 menggenangi 14 kecamatan dan mempunyai dampak jangka panjang bagi warga bahkan setelah terjadinya bencana. Salah satu proses rekonstruksi pasca bencana berupa penentuan jalur dan titik evakuasi yang tepat bila bencana terus terulang, terhambat dikarenakan update data spasial yang tidak tersedia. Atas dasar tersebut, project diselenggarakan oleh Perkumpulan Openstreetmap Indonesia (POI) mengundang kontributor seluruh dunia untuk berkontribusi menyusun dan validasi data spasial pada wilayah Demak agar mempunyai data terbaru. Besarnya dampak banjir dan status project yang berprioritas tinggi menjadi alasan kami memilih project ini dan melakukan proses kontribusi.

Laman depan HOT-OSM. Sumber: Tangkapan Layar

Tampilan Project Disaster Emergency Demak. Sumber: Tangkapan Layar
Kami melakukan proses kontribusi via iD editor secara cukup konsisten mulai di pertengahan bulan Desember, meskipun tidak dengan jadwal yang teratur. Kontribusi yang menggunakan basemap citra bing tahun eksisting ditambah dengan adanya proses validasi dari kontributor yang mempunyai jam terbang tinggi, membuat perbaruan data spasial berlangsung secara realtime selama proses kontribusi dan validasi berlangsung. Project kontribusi kami kemudian berakhir, dimana saya sendiri menyelesaikan 32 tasks pada project tersebut. Terdapat 5 orang lainnya yang ikut berkontribusi, dengan setidak-tidaknya masing-masing mencapai 2 hingga 5 task. Memang sumbangsih yang dapat dikatakan kecil, namun kami percaya bahwa kontribusi tersebut mempunyai dampak yang nyata bagi proses mitigasi dan rekonstruksi bencana bagi Kabupaten Demak di masa depan.

Total Kontribusi HOT-OSM Tasking Manager. User: Yabes09
Pengalaman dan kontribusi tersebut juga menunjukkan reliabilitas OSM dalam menyediakan kanal untuk data spasial secara open source, baik dari segi produksi, proses, hingga hasil berupa data yang bisa diunduh kapan saja dan oleh siapa saja. Infrastruktur OSM yang kuat sangat mendukung keseluruhan alur kegiatan ini, dimana HOT-OSM export tools sangat mudah digunakan untuk mengunduh data spasial, dan juga HOT-OSM Tasking Manager sebagai laman integrasi kontributor dalam 'turun' project ataupun menginisiasi project baru berbasis kemanusiaan. Reliabilitas dan kekuatan ini tidak dapat dicapai tanpa adanya ikatan komunitas yang kuat, yang mempunyai misi melebihi diri sendiri dan kelompok. OSM dan komunitasnya secara nyata telah membuka akses kepada saya, kawan-kawan, dan jutaan manusia lainnya untuk dapat berdampak pada sisi kemanusiaan yang belum tersentuh. Data spasial yang sangat asing urgensinya bagi masyarakat awam, menjadi pintu masuk yang terbuka lebar bagi siapa saja untuk masuk, berdampak, dan mengambil peran dalam misi-misi kemanusiaan pra dan pasca bencana.
Berbeda dengan sebelumnya, kini peran dan dampak dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan melalui perangkat daring yang dapat diakses oleh siapa saja. Peran terhadap kemanusiaan tidak lagi dibatasi oleh tembok sekat ruang dan waktu. OSM merupakan jawaban atas ketukan hati semua orang yang ingin berdampak bagi kemanusiaan dan ketangguhan bencana. OSM menjadi pintu akses, terhadap ribuan hingga jutaan dampak yang akan datang oleh siapa saja di seluruh dunia, termasuk dari mereka yang merasa tidak berdaya sama sekali dan insignifikan. OSM dan komunitasnya akan melahirkan komunitas dan simpul jaringan lainnya di masa depan, yang tidak hanya melek soal data spasial, namun juga akan meneruskan perjuangan kemanusiaan dan masyarakat tangguh bencana di seluruh dunia.
Penutup
Peran dan dampak yang kami lakukan memang masih kecil, namun seribu mil diawali dengan sebuah langkah. Saya dan kawan-kawan meyakini, bahwa perjalanan untuk berdampak memakan waktu seumur hidup. Kami meyakini, bahwa perjalanan ini baru sebatas permulaan untuk peran-peran lainnya di masa depan. Sama seperti kami, OSM dan komunitas masih memiliki perjalanan jauh yang tidak akan selesai, dalam mendukung akses, edukasi, dan reliabilitas data spasial bagi semua, terutama untuk tujuan kemanusiaan dan ketangguhan bencana.
Sebagai penutup, saya pribadi menantikan perjalanan yang panjang kedepannya dalam komunitas OSM kontributor. Berdampak dan mengambil peran adalah milik semua.
Discussion